RUMAH TIRAM TAK LAGI TEMARAM
Oleh: Mellyan Perempuan-perempuan tangguh itu merelakan kecantikannya pada terik mentari dan pekatnya lumpur sungai demi menyambung hidup. TUBUH PARA perempuan tiram berlumur lumpur dan peluh, teriknya matahari menyengat kulit. Kulit berubah legam, namun semangat mereka tak pernah surut. Pagi hari, setelah menyelesaikan kewajiban di rumah, melepas sang suami melaut. Para perempuan tiram bergegas menuju sungai. Desa Alue Naga dan Tibang sejak dahulu memang terkenal sebagai penghasil Tiram. Untuk mengurangi sengatan matahari, para perempuan tiram menggunakan pakaian tertutup, dan memakai topi lebar yang terbuat dari anyaman daun nipah. Habitat tiram yang berada di dasar sungai memaksa para perempuan tiram berendam. Tak jarang kaki mereka terluka tajamnya kulit tiram. Kaki-kaki telanjang itu hanya dibungkus kain yang diikat dengan tali. Menggunakan sepatu hanya akan menyulitkan mereka bergerak di dalam lumpur. Mariati dan perempuan pencari tiram lainnya da...